Minggu, 01 Juni 2014

Komparasi Perdirjen No 5/2012 dan Permenhut 46/2013

Perdirjen No 5/2012 dan Permenhut 46/2013 merupakan dua peraturan kehutanan yang menunjang pembangunan KPH. Perdirjen No 5/2012 tentang juknis tata hutan dan penyusunan RP KPHP/L, sedangkan Permenhut 46/2013 tentang format verifikasi dan validasi RP KPHP/L. Ada perbedaan yang mendasar pada kedua aturan ini sehingga beberapa KPHP/L yang telah dibuat sebelum tahun 2013 mendapat nilai dibawah ketentuan Permenhut 46/2012.

Perbedaan cukup signifikan antara Perdirjen Planologi Nomor: P.5/VII-WP3H/2012 tanggal 14 Mei 2012 tentang petunjuk teknis tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan pada kesatuan pengelolaan hutan lindung (kphl) dan kesatuan pengelolaan hutan produksi (kphp), sedangkan Nomor : P.46/Menhut-II/2013, tanggal 29 Agustus 2013 tentang format verifikasi dan validasi rencana pengelolaan hutan jangka panjang kesatuan pengelolaan hutan lindung (kphl) dan kesatuan pengelolaan hutan produksi (kphp). Perbedaan ini terutama dalam hal materi inti. Perdirjen no 5/2012 menekankan kepada tata hutan dan rencana kerja yang merupakan materi inti KPHP dan KPHL. Menurut aturan yang ada (lihat P6/2007; P6/2010; P42/2010) Tata hutan dan Rencana Kerja merupakan inti dari KPHP/L, tersusunnya Rencana Kerja yang berbasis pada pembangunan lestari (berbasis Sos-Bud--SDH-Lingk-Eko) sangat tergantung pada tata hutan yang benar.

Bagaimana Permenhut 46/2012? Permenhut 46/2012 lebih menekankan pada format penilaian. Dimana semua aspek laporan mendapat penilaian. Untuk masing-masing aspek yaitu pendahuluan 5%, deskripsi kawasan 15%, visi misi 5%, analisa dan proyeksi 10%, rencana kerja 45%, Pembinaan, Pengawasan dan pengendalian 5%, Pemantauan, evaluasi dan pelaporan 5% dan Lampiran-Lampiran Peta 10% (ada 8 peta dengan masing-masing nilai peta 2%). Salah satu peta tersebut adalah peta Tata Hutan.

Dengan demikian jika dikomparasi penilaian RP KPH yang didasarkan pada Perdirjen No 5/2012 dan Permenhut 46/2013 akan terdapat hasil yang berbeda (versi penulis). RP KPHP/L yang dibuat tahun 2012 mungkin akan mendapat nilai yang "bagus" jika berdasarkan Perdirjen No 5/2012, karena telah sesuai, tetapi jika didasarkan pada Permenhut 46/2013 dimana point tata hutan dan Rencana kerja total bobotnya hanya 47% (45% renana kerja dan 2% peta tata hutan), otomatis RP KPHP/L yang dibuat tahun 2012 tersebut mendapat penilaian yang "rendah".

Menurut penulis ini hanyalah sebuah kesalahan kecil yang dapat kita perbaiki. Ada beberapa saran penulis yang perlu menjadi pertimbangan pihak kementrian kehutanan, antara lain:
1. Mengingat pada beberapa ketentuan aturan yang telah ada yang menekankan pada tata hutan dan rencana kerja, sehingga total bobot kedua aspek ini lebih ditingkatkan.
2. Peta yang perlu ditambahkan adalah peta rencana kerja
3. Untuk dapat menyusun tata hutan yang baik sangat tergantung pada Informasi Kawasan yang lengkap dan detil, berarti bobot deskripsi kawasan juga ditingkatkan.
4. Mengingat bahwa Blok dan petak belum bersifat permanen, otomatis Database atau SIM KPHP/L ini masih bersifat dinamik, dengan demikian total bobot peniliaian yang dianggap lulus juga perlu dipertimbangkan kembali.
Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

Salam Rimbawan,
Jaya Hutan Kita.

Sabtu, 27 Juni 2009

Bahasa itu Mudah

BEBERAPA SEGI MENGENAI BAHASA INGGERIS
Johansyah

Nothing should be spoken before it has been heard.
Nothing should be read before it has been spoken.
Nothing should be written before it has been read
L.G.Alexander (Practice and Progress)

Belajar bahasa asing itu sebenarnya tidaklah sesulit seperti yang dibayangkan pada umumnya, asal saja prosedur pembelajarannya sama atau meniru bagaimana cara kita mempelajari bahasa dari bahasa-ibu kita sendiri. Dalam hal ini ada suatu petunjuk yang selama ini kurang diperhatikan orang, yakni mengapa orang yang bisu itu juga bisa. Padahal orang tersebut organ-organ untuk dapat bercakap keadaanya normal, tuli. sebagaimana orang lainnya, yang kurang baik hanyalah organ-pendengarannya saja. Ini menunjukkan bahwa untuk dapat bercakap, mengunakan bahasa ibunya, syarat utamanya adalah dapat mendengar. Dengan kata lain adalah aktifnya syaraf-syaraf yang meneruskan getaran yang diterima oleh gendang-pendengar, yang menyampaikannya ke otak, yang kemudian diteruskan ke organ yang menggetarkan pita-suara untuk dapat menirunya sekaligus untuk dapat mengingatnya. Inilah proses tahap pertama dan utama bagaimana kita dapat menguasai bahasa-ibu kita yang berlangsung sejak kita dilahirkan. Dengan berfungsinya kedua jenis getaran tadi oleh otak, maka tersimpanlah datanya, yang pada awal mulanya berupa konsep dasar. Dengan adanya masukan konsep-konsep dasar baru akan terbentuklah suatu rangkaian baru semacam IC (Integrated Circuit). Sejumlah IC akan dapat dirangkai menjadi sejenis Card dan akhir jadi semacam Chip, layaknya seperti yang ditiru oleh perancang mesin komputer.Yang jelas dapat disimpulkan, bahwa untuk menguasai bahasa, bukan hanya bahasa-ibu, itu harus dengan bekal pertama dan utama berupa kesanggupan mendengarkan (listening). Ingat, bukan mendengar (hear), yang lebih bersifat mekanik daripada proses psiko.
Oleh karena itu tepatlah ungkapan baris pertama dari axioma L.G. Alexander di atas tadi ( Nothing shoud be spoken before it has been heard ) artinya tidaklah mungkin seseorang berbicara bilamana belum pernah didengar sebelumnya. Orang-orang di manca-negara memakai rumusan ini. Pada tahun-tahun pertama pengajaran bahasa Inggeris yang diajarkan adalah bercakap (orally), di mana dua macam keterampilan di latihan, yaitu mendengarkan (listening) dan mengucapkan (speaking) sekali gus. Tidak ada materi yang tertulis, kecuali sejumlah gambar disamping rekaman audio maupun video sebagai alat bantu mengajarnya.
Dalam speaking ini dikehendaki suara, intonasi dan lainnya serupa dengan penutur-aslinya (native speaker). Sejak awal belajar, penuturan serupa inilah yang harus diperdengarkan, sehingga rangkaian konsep-konsep yang telah terekam dalam otak siswa bersangkutan dapat dikenali kembali (retrieve), bila kemudian mendengarnya untuk kali yang lain. Dan ada salah satu kekhususan dari native-speaker ini adalah ngomong with the hot potato in his mouth yang harus pula diperhatikan oleh para pengajar agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Sesudah terdapat kelancaran bercakap, barulah dikuti dengan membaca (reading). Membaca inipun dimulai dulu dengan tingkat kesukaran (level) yang paling rendah ( a basic vocabulary of 300 words). Buku-buku atau ceritera yang terkenal secara umum di sadur dengan menggunakan jumlah kosa-kata yang sedikit jumlahnya (terdiri atas 300 kosa-kata) saja.
Dengan membaca sejumlah buku level dasar ini, otak akan menambah sejumlah konsep dan ide-ide, yang terumus dalam bahasa (rangkaian kosa-kata) Inggeris ini yang disebut juga sebagai vocabulary. Hal ini memungkinkan yang bersangkutan dapat berkomunikasi lebih lancar dan lebih bervariasi, sekalipun dalam ruang lingkup yang masih terbatas. Dan yang paling penting adalah belajar bahasa asing ini kian hari kian menarik dan beban-beban yang dirasakan oleh siswa umumnya pada saat ini tidak dirasakan lagi. Demikianlah tingkat kesukaran itu dapat dinaikkan bila level pertama tadi sudah pada dikuasai ke 600 words, kemudian 1000 words, 1500 words, 2000 words dan 2500 words.
Adapun mengenai berbagai aturan berbahasa (grammar, idiom, proverbs dan lainnya) sebagian besar sudah terserap sejak kegiatan bercakap dimulai dan akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya ketrampilan bercakap serta banyak membaca itu. Dalam hal ini berlaku pepatah yang berbunyi ‘Alah bisa karena biasa’. Jadi sejumlah materi tertentu harus digunakan sesering mungkin dalam suatu latihan yang dikemas secara khusus, yang dinamakan drill. Dengan drill ini siswa dilatih sedemikian rupa sehingga dapat bercakap dengan lancar, artiya merespon lawan bicara dilakukannya secara spontan. Kemasan drill ini dapat menggunakan program yang dinamai Computer-Aided Instructions (CAI), atau hanya dengan memanfaatkan tape-recorder saja, dengan tingkat kesulitan yang berjenjang pula.
Speaking, termasuk di dalamnya listening dan reading, ketiga ketrampilan inilah yang menentukan keberhasilan pengajaran bahasa Inggeris itu. Writing yang dianggap paling sulit, pada saat menjadi jauh lebih mudah, karena adanya computational linguistic pada bahasa Inggeris dengan menggunakan perangkat computer. Dengan pendigitan bahasa Inggeris ini, termasuk CAI seperti yang disebutkan di atas tadi, yang hingga saat ini belum dapat muncul di dalam kelas di negeri kita, maka jelas keinginan untuk mensetarakan kualitas pengajaran bahasa ini dengan negeri-negeri jiran hanya angan-angan belaka. Dalam hal ini yang menentukan terletak pada otak, yang memerlukan suatu prosedur tertentu yang sangat bersifat psiko tapi dapat dipermulus dengan berbagai bantuan sarana digital.
Demikianlah beberapa segi yang berisi sedikit informasi mengenai pengajaran bahasa Inggeris yang selama ini merupakan momok yang tidak hanya ditakuti oleh para siswa dan juga oleh para orang tua mereka. Semoga tulisan ini dapat membantu para pengambil keputusan yang terkait dalam menetapkan kebijakannya.
Bacaan:
Montago, Ashley, The Cultured Man, Permabooks, New York 1959.
Alexander, L. G., Practice and Progress, Longman Group Limited, London 1972.
Miarso, Yusufhadi, Teknologi Komunikasi Pendidikan, Analisis Pendidikan No.1, Tahun 1980, Departemen Pendidikan dan Kebuadayaan, Jakarta.
Damasio, Antonio R. dan Hanna, Brain and Language, Scientific American, September 1992, Scientific American Inc., New York.
Burton, Desmond R., Making Use of Redundancy in Listening and Speaking, English Teaching Forum, January 1996, Washington DC.
Arnold, Douglas N., Cumputer-Aided Instruction, MS Encarta Library 2005, MS Crporation, Redmond.

Minggu, 05 Oktober 2008

Peranan Image Analysis

Hingga saat ini, peran pengetahuan Image Analysis sudah merambah banyak bidang pengetahuan, seperti Pengetahuan bidang Remote Sensing (Penginderaan Jauh), Non Destructive Test (Test suatu benda tanpa merusak benda tersebut) dan banyak bidang lainnya.
Mungkin remote sensing lebih tepat diartikan sebagai "merasakan=sensing" (dalam hal ini melalui indera mata) tanpa langsung menyentuh atau dengan kata lain "remote".
Objek yang jauh (di muka bumi atau luar angkasa) atau yang sangat kecil ( ukuran mikro pada tingkat sel atau molukular) diambil melalui kamera. Selanjutnya data yang sudah berupa foto dapat dianalisa melalui berbagai metode. Karena, foto yang berupa gambar tersebut merupakan data digital yang berupa numerik dari nilai 0-255 (hasil dari bilangan binari nol dan satu yang diubah menjadi satu informasi--1 informasi/karakter terdiri dari 8 susunan bilangan 0 dan 1, 2^8=256).

Dengan makna di atas berarti ada mata kuliah di PT yang mengajarkan tentang Remote Sensing yang materinya berisi tentang analisa image/gambar dari objek yang diambil melalui satelit dan pesawat perlu diperbaharui namanya menjadi yang lebih spesifik, misal Penginderaan Jarak Jauh Objek Bumi atau lainnya.

Juga, dengan adanya pengetahuan ini, otomatis salah satu pelajaran yang banyak diajarkan di Perguruan Tinggi, yaitu Statistika menjadi kurang utama, maksudnya adalah berfungsi sebagai pendukung lanjutan. Atau mungkin, Statisktika digantikan dengan Data Mining.
Setelah data digital diolah melalui berbagai metode, misal Kriging, kemudian peran statistika untuk justifikasi hasil baru diperlukan.

Dengan adanya pengetahun ini, menurut saya tingkat kepentingkan mengeksplorasi dan mengeksploitasi data menjadi lebih penting dan berguna.
Justru saat ini, di PT kemampuan menggali data melalui image analysis (tidak tergantung sumber lain yang tidak kita kenali tingkat resolusinya) adalah hal yang utama.
Kedepan peranan data (diolah akan jadi informasi) sangat dominan.
Setelah kemampuan menggali didapat, juga perlu diajarkan bagaimana mengembangkan, mempresentasikan dan menjual data atau informasi tersebut.


Kamis, 02 Oktober 2008

nasehat orang tua

Ada cerita nun jauh di sana, nasehat seorang bapak terhadap anaknya:
Nak ada satu hal yang penting dalam hidup ini, jadilah engkau orang yang mempunyai peran penting dalam hidup ini.
Ibarat dalam suatu sinetron, apakah kamu cukup puas hanya ingin menjadi seorang pemegang kamera, atau pemain figuran atau pemain utama atau menjadi seorang sutradara.
Keinginanmu itu sangat berpengaruh terhadap apa yang kamu inginkan jika kamu merendanya sejak dari awal. Yang juga tak kalah penting adalah banyak berguru, bertanya, berdiskusi kepada orang yang lebih tau.
Orang yang lebih tau tersebut bisa jadi berasal dari orang miskin, orang kaya, anak-anak, orang tua, orang desa, orang kota, orang dari agama apapun.
yang penting isi pesannya bukan siapa orangnya
Bertanyalah pada dirimu "sebelum aku mati peran besar apakah yang telah kuberi untuk orang banyak"

Kamis, 25 September 2008

Keinginan

Saya berharap menjadi orang yang berguna di dunia ini.
Saya mencoba memulai dari diri saya, kemudian di keluarga saya, sekitar saya, dan lebih luas lagi.
Tapi, saya kira ijin Tuhan lah yang lebih dominan dalam hidup ini,
manusia diberi Tuhan peran sebagai pelaksana.

Minimal ada suatu kreasi, rancangan atau pikiran apa saja yang dapat bermanfaat bagi orang banyak yang sifatnya lestari dan memberi efek yang luas.